Total Tayangan Halaman

Selasa, 03 Mei 2011



Di tempat inilah Dang Hyang Dwijendra dikisah-kan pernah singgah. Dia adalah pendeta asal Jawa Timur yang memiliki peran penting dalam perkembangan agama Hindu di Bali dan Lombok. Pura Batu Bolong berdiri di dekat Pantai Batu Layar di kawasan Senggigi, sekitar 20 kilometer dari Mataram. Situs suci umat Hindu ini sekilas mengingatkan kita pada Tanah Lot di Bali—bangunan ibadah yang terletak di bibir pantai dengan posisi menjorok ke laut. Untuk memasuki pura, pengunjung diwajibkan memakai pita kuning yang dilingkarkan di pinggang. Pita disewakan di dekat pintu masuk. Tarif sewanya sukarela alias terserah kita.
Ada dua pura yang menghiasi karang warna hitam ini. Berjalan menuruni anak tangga, kita akan menemukan pura pertama yang bersemayam di bawah naungan pepohonan rindang. Pura kedua berdiri di atas karang yang menjulang setinggi kurang lebih empat meter dan memiliki lubang di tubuhnya. Lubang inilah yang menjadi inspirasi lahirnya nama Pura Batu Bolong.
Posisi pura utama agak tinggi. Kita harus berjalan berhati-hati agar tidak terciprat ombak yang menghantam karang. Konon, meski senantiasa digaduhkan oleh suara empasan ombak, Pura Batu Bolong diyakini bisa memancarkan getaran rohani yang damai dan khusuk di batin para peziarah.
Saat Lebaran, umat Muslim Lombok berbondong-bondong membanjiri pantai di depan pura untuk beramai-ramai menyan-tap opor ayam, ayam Taliwang, ketupat, dan serundeng.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar